Generasi Muda Bersama Budaya Gengsi
Saat ini manusia tumbuh dalam sebuah tantangan yang baru. Pola hidup masyarakat terus mengalami dinamisme, mulai dari budaya, hingga pergaulan sosial antar individu di lingkungan sekitarnya. Terlebih saat ini perkembangan teknologi terus hadir dalam kehidupan kita, dimana perubahan pola hidup masyarakat tentu mengalami perubahan yang cukup signifikan. Namun, semua hal tersebut tentu bergantung dari masing-masing individu maupun ruang lingkup masyarakat tertentu mengenai bagaimana upaya mereka mengambil sebuah sikap dalam menghadapi sejumlah tantangan baru yang hadir dalam kehidupan mereka. Ada yang bersikap apatis serta berhati-hati, ada pula yang bersikap cenderung menikmati. Fenomena tersebut tentu terus terjadi dalam kehidupan umat manusia manapun, tanpa terkecuali di Indonesia. Pola hidup masyarakat yang terus mengalami kesinambungan juga kerap dirasakan oleh masyarakat di sekitar kita, terutama generasi muda yang selalu bersedia menerima hal baru dalam kehidupan mereka.
Perubahan pola hidup masyarakat yang semakin maju dan modern tersebut secara tidak langsung mempengaruhi gaya hidup sekaligus pola perilaku generasi muda di Indonesia. Salah satunya adalah dengan kehadiran teknologi, dimana fenomena digitalisasi semakin marak terjadi disekitar lingkungan masyarakat. Tidak bisa dipungkiri, bahwa segala sesuatu semakin dimudahkan dengan kehadiran fenomena digitalisasi. Produktivitas masyarakat menjadi jauh lebih efisien dan praktis, setelah kehadiran teknologi sekaligus digitalisasi. Fenomena ini secara tidak langsung berdampak cukup signifikan terhadap generasi muda Indonesia, dimana mereka semakin lihai sekaligus cermat dalam menciptakan sesuatu. Mereka menjadi jauh lebih berani, tangguh, serta tidak takut akan resiko yang dihadapi. Berbeda dengan generasi sebelumnya, dimana mereka lebih memilih bersikap berhati-hati dalam menanggapi fenomena tersebut.
Pola hidup masyarakat yang semakin maju dan modern tidak hanya mengenai pengaruh digitalisasi maupun teknologi saja, melainkan ada banyak hal lain yang turut merubah pola perilaku masyarakat, mulai dari cara berpakaian, penampilan, hingga gaya hidup atau lifestyle yang cenderung mengalami perubahan secara cukup dinamis. Hal tersebut secara tidak langsung memang memberikan pengaruh positif, namun disisi lain seluruh pola perilaku masyarakat modern saat ini juga turut membangun sebuah kebudayaan konsumtif dalam lingkungan sekitar saat ini. Dalam perspektif ekonomi, Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar sektor ekonominya digerakan oleh sektor konsumsi. Berbeda dengan negara-negara maju lainnya, dimana seluruh kegiatan ekonomi mereka sebagian besar dikelola oleh perusahaan manufaktur, maupun kegiatan ekspor. Jadi, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang gemar berbelanja. Hal tersebut secara tidak langsung berdampak kepada proporsi ekonomi dari negara Indonesia yang gemar mengimpor barang luar negeri. Selain itu, budaya tersebutlah yang membuat Indonesia kembali dalam posisi negara dengan penghasilan menengah kebawah. Budaya konsumtif ini juga kerap kali dirasakan di seluruh elemen masyarakat, terutama generasi muda.
Salah satu bukti konkrit dari kehadiran budaya konsumtif dalam kehidupan masyarakat terutama generasi muda saat ini adalah dengan kehadirannya fenomena bisnis jual gengsi. Mungkin fenomena bisnis seperti ini terdengar jarang dalam masyarakat luas. Saat ini, ada banyak sekali model bisnis yang muncul dalam lingkungan masayarakat saat ini, dimana mereka memberikan pelayanan penjualan jasa penggunaan barang branded, untuk meningkatkan status sosial seseorang dalam lingkungan sekitar mereka. Dalam perspektif sosiologis, fenomena ini kerap disebut sebagai fenomena sosialita palsu. Salah satu hal yang cukup memprihatinkan dari fenomena ini adalah dimana ada banyak sekali masyarakat sekaligus generasi muda yang bersikap antusias dalam menanggapi budaya tersebut. Meskipun menguntungkan dalam perspektif ekonomi, namun dalam lingkungan sosial, fenomena sosial seperti ini memberikan pengaruh buruk dalam kehidupan masyarakat secara luas.
Fenomena bisnis jual gengsi ini membuat masyarakat menjadi munafik, dimana mereka hanya mempedulikan first impression seseorang, disamping mementingkan kepentingan mereka sendiri. Fenomena seperti ini kerap kali terlihat oleh mayoritas generasi muda di Indonesia, dimana mereka gemar mengonsumsi barang branded, disamping menggunakan uang yang mereka miliki untuk kepentingan lain. Bahkan yang lebih menyakitkannya lagi, sebagian besar diantara mereka terkadang tidak mengetahui apakah barang yang mereka beli akan bermanfaat atau tidak. Hal tersebut menjadi salah satu ancaman tersendiri dalam keberlangsungan hidup manusia kedepannya. Bahkan, tanpa fenomena bisnis jual gengsipun, generasi muda Indonesia juga masih kerap tergoda dengan fenomena diskon maupun penawaran khusus menarik yang ditawarkan dalam platform bisnis digital. Tentu hal tersebut merupakan sebuah strategi pemasaran sederhana yang cukup menarik untuk meningkatkan transaksi dalam dunia bisnis, namun dalam perspektif psikologis, fenomena diskon seperti ini tentunya membangun kerangka berfikir masyarakat untuk membeli barang tertentu.
Masyarakat terutama generasi muda saat ini tentu harus mengambil sikap yang bijak dalam menghadapi fenomena sosial saat ini. Dalam kasus seperti ini, pembangunan pola berfikir sekaligus mindset yang baik tentu akan sangat berarti dalam menghadapi fenomena ini. Sebagai generasi muda tentu harus menghilangkan rasa gengsi dalam diri mereka, serta memilih untuk tampil apa adanya. Mereka tentu harus mampu membedakan antara bersikap profesional maupun bersikap demi memuaskan gengsi maupun ekspetasi orang sekitar. Dalam budaya konsumsi, seringkali masyarakat membeli sebuah produk hanya untuk menaikkan status sosial mereka. Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat tidak akan pernah bisa menghilangkan konsumsi. Namun, masyarakat terutama generasi muda tentu harus bersikap bijak dalam melakukan aktivitas konsumsi, entah untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, maupun mencari pengalaman sekaligus pengembangan minat dan bakat. Dengan itu, generasi muda dapat menjadi sebuah pelopor dengan mengubah alur pola proporsi ekonomi Indonesia saat ini yang terlalu bergantung kepada sektor konsumsi, hingga menyamakan posisi dengan negara tetangga lainnya, yang bergerak dalam sektor produksi maupun kegiatan ekspor.